Morgan Stanley baru saja merilis pandangan menarik tentang apa yang bisa mengguncang pasar tahun depan. Analis mereka menyoroti kekhawatiran yang cukup spesifik untuk 2026: bagaimana jika seluruh pengeluaran besar-besaran untuk infrastruktur AI ini ternyata tidak benar-benar menghasilkan peningkatan produktivitas yang nyata?

Coba pikirkan. Kita telah melihat miliaran dolar mengalir ke belanja modal AI—pusat data, chip, infrastruktur pelatihan, dan sebagainya. Semua orang bertaruh besar bahwa gelombang teknologi ini akan secara fundamental mengubah cara bisnis beroperasi dan menciptakan nilai. Tapi inilah pertanyaan yang tidak nyaman: apa yang terjadi jika dorongan produktivitas tersebut ternyata... tidak terwujud dalam skala yang diharapkan semua orang?

Itulah risiko utama yang disoroti Morgan Stanley. Bukan crash pasar, bukan juga pemicu resesi secara langsung, melainkan kesenjangan antara ekspektasi investasi dan output ekonomi yang sebenarnya. Jika perusahaan terus menghabiskan uang untuk membangun AI tanpa melihat peningkatan efisiensi atau pendapatan yang sesuai, akan ada penilaian ulang serius terhadap valuasi di sektor teknologi dan sektor lainnya.

Timing-nya juga penting. Pada 2026, kita akan cukup jauh memasuki era boom AI ini sehingga hasilnya seharusnya sudah terlihat dalam angka-angka. Jika tidak, saat itulah pasar mungkin mulai mempertanyakan ROI dengan lebih kritis. Layak untuk diperhatikan bagaimana tesis ini berkembang—terutama bagi siapa pun yang memiliki portofolio yang berbasis AI atau investasi di infrastruktur terkait.